Minggu, 10 Juni 2012

LOMBA RENANG PERTAMA


“Ada lomba renang di Bogor, Tyas ikut ya!?”

Aku sendiri tidak yakin Tyas bisa ikut lomba renang. Umurnya masih sekitar 5 tahun dan kemampuan berenangnya masih belum apa-apa. Tetapi pak Atja meyakinkan bahwa ini bagus untuk melatih mentalnya. Okelah, Tyas mendaftar. Hanya ikut 1 nomor lomba, 50m gaya bebas. Tempat lombanya di Bukit Cimanggu dan aku mengantarnya sendiri pagi-pagi supaya waktu pemanasannya lebih leluasa. Karena umurnya 5 tahun, Tyas masuk dalam kelompok umur (KU) 8 tahun ke bawah….bayangkan, Tyas terlihat mungil sekali di antara teman-temannya. Kolam yang dipergunakan untuk lomba ukurannya 25m, jadi perenang akan membalik untuk 25m berikutnya. Tyas belum bisa melakukan salto, dan peraturan lomba, saat membalik perenang harus menyentuhkan tangan ke dinding kolam sebelum berbalik. Semua peraturan itu diberitahukan juga pada Tyas. Oh, si kecilku…menyimak banyak pelajaran dari berenang ini. Belum lagi peraturan start, bunyi peluit dan aba-aba. Kapan siap di tenda atlit, kapan naik start blok, kapan posisi siap….dia mengerti nggak ya?

Dan ternyata Tyas mengerti! Lomba hanya ada 3 lintasan dan sudah jelas di atas kertas Tyas tidak mungkin memenangkan lomba ini. Namun bukan itu point pentingnya. Yang utama, kejar waktu terbaikmu (best time). Aku dan pelatihnya (saat itu yang ada pak Apit) bersemangat menjadi supporter Tyas. Walaupun Tyas jadi peserta terakhir yang mencapai finish, tetapi dia tidak berhenti sampai selesai 50m. Itu saja sudah luar biasa! Saat peserta lain sudah finish dan sorak sorai supporter mereda, tinggal Tyas yang masih berenang, hanya aku dan pak Apit yang tidak berhenti berteriak menyemangatinya. Dan hadiahnya, setelah lomba pertamanya itu, latihan renangnya menjadi lebih bagus. Bonusnya lagi, Tyas menjadi anak yang tidak takut kalau harus kalah dalam persaingan. Asal dia sudah lakukan yang terbaik!

Memang, mengajari anak soal-soal begini, lebih praktis dengan pengalaman. Langsung bisa mereka pahami.
Sejak saat itu, lomba renang merupakan kegiatan berkala yang menyenangkan bagi aku dan Tyas. Lelah memang, tapi selalu penuh dengan pelajaran hidup yang seru!

Sabtu, 09 Juni 2012

NILAI UN


Hari Selasa yang lalu ada seorang lulusan SMA yang datang ke kelas untuk menjadi asisten di kelas Kumon. Membaca curiculum vitae-nya, cukup memuaskan. Dia anak yang pintar, nilai-nilainya bagus, utama Matematika. Bahkan nilai UN Matematika-nya 9,25…wow!
Sesuai prosedur, aku kasih dia lembar test Matematika. Hanya test standar yang biasa aku pakai untuk seleksi asisten. Pikirku, aman lah….dengan nilai sebagus itu, tentu nggak terlalu sulit menyelesaikan soal-soal perkalian, pembagian dan pecahan sederhana.
Tetapi aku kaget, setelah waktu habis ternyata dia baru menyelesaikan 20 soal dari 50 soal yg ada. Itupun sebagian masih salah. Bagaimana mungkin dengan nilai UN yang dahsyat itu dia tidak dapat menyelesaikan hitungan dasar? Apa yg terjadi dengan  pendidikan kita?
Akhirnya memang aku minta ia berlatih lagi kalau masih berminat menjadi asisten di Kumon. Aku sih yakin dia pintar, tetapi pemahaman hitungan dasarnya lemah. Jaman dahulu berhitung cara paragapit dilatih sampai kita mahir. Begitu juga dengan perkalian. Tak terlupakan sampai dewasa, walaupun sudah tidak sekolah.
Duh, apa ya yang diharapkan dari pendidikan sekarang? Terlihat hebat di bahan pelajaran yang rumit namun tidak dapat menyelesaikan soal yang sederhana?  Bukankah seharusnya kita menyederhanakan yang rumit dan bukan sebaliknya?
Kesimpulanku. Nilai akhir tidak mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Apalagi hanya berdasarkan nilai UN. Payahnya, nilai UN menjadi patokan bagi siswa untuk masuk ke sekolah lanjutan. Tiap sekolah favorit memasang passing grade nilai UN sebagai syarat masuk SMP dan SMA Negeri. Luar biasa! Nilai yang diminta semua di atas 8 bahkan ada yang passing gradenya di atas 9! Sedih  :(

Rabu, 06 Juni 2012

Sahabat si Ceriwis

Sejak kecil aku dikenal sebagai anak yang criwis. Banyak omong.  Pernah waktu kecil aku ikut Bapak naik becak ke rumah boss-nya untuk pinjam mobil kantor. Sepanjang jalan aku ngomong terus, apapun yang kami  lewati bisa menjadi bahan pembicaraanku. Tukang becaknya sampai komentar heran kata Bapak. Bapakku sendiri mungkin akan bilang “cape deh” saat itu  :D

Cerita Mamak lebih menggelikan lagi. Masa kecilku waktu di Magelang, tinggal di rumah Eyang di Malanggaten. Eyang kakung suka mendongeng. Aku suka mendengarkan dongengnya.  Maksud Eyang mendongeng sebagai pengantar tidur. Tetapi karena aku sangat tertarik dengan ceritanya, aku banyak bertanya di sela-sela ceritanya. Alhasil ceritanya jadi nggak selesai-selesai.  Kata Mamak, akhirnya aku nggak tidur, malah Eyang kakung yang ketiduran karena cape meladeni pertanyaan cucunya. Waktu aku keluar kamar Mamak tanya, “Lho, kok nggak tidur?”….aku menjawab,”Eyang sudah  bunyi-bunyi..”….maksudku saat itu Eyang sudah ngorok. Hahaha….

Label “cerewet” sudah melekat padaku sampai dewasa. Dan kemudian ada label-label lain yang menempel padaku  sepanjang kehidupan. Aku menjadi sosok yang sering salah jalan, sembrono dan apapun.  Kepandaianku juga naggung di semua bidang. Keseluruhan memang aku bukan orang yang bijak dalam melangkah. Tetapi ada hal menonjol yang sangat aku syukuri setelah aku semakin berumur. Aku mempunyai banyak sekali teman dan sahabat. Mereka yang tetap menyapaku dengan keakraban yang tulus tanpa terpengaruh oleh status dan prestasi hidupku. Sebagian besar sahabat-sahabatku itu orang yang sukses dalam karir dan hidupnya. Sementara aku…bukan siapa-siapa. Kalau aku pikir, tak satupun dalam diriku yang pantas mereka banggakan bahwa mereka adalah sahabatku. Jadi bila kami bertemu, bercakap-cakap dan saling menyapa…semua topic lepas dari prestasi dan profesi mereka saat ini. Aku jadi merasa kembali menjadi sama dengan mereka karena suasana kembali ke masa muda kami.

Orang lain bisa bangga dengan keberhasilan hidup. Sukses sebagai manusia secara nyata. Dikagumi banyak orang. Namun aku beruntung mendapat “hadiah” sahabat-sahabat yang luar biasa. Mereka menyayangiku tidak sebagai apa-apa…hanya sebagai “Ria”…
Terima kasih semua sahabatku..Didin, Wiwid dan Andrianto…tiga  yang istimewa. Namun ada banyak lagi teman-teman SMP, SMA dan kuliah yang begitu menyenangkan.  Mereka semua mewarnai hidupku dengan indah. Tuhan menganugerahiku kebahagiaan dengan caraNya yang unik. Sekarang, walau aku lelah dengan masalah, aku masih tetap bisa tertawa  karena celoteh teman-temanku di bbm grup, bisa terbahak-bahak ketika berkumpul dengan teman-teman SMAku dan berbagi keceriaan via internet dengan sahabatku yang nun jauh dari Indonesia.

Terima kasih, Tuhan Yesus.